TINGKATKAN KAPASITAS PETANI UNTUK PERTAHANKAN PRESTASI JATIM SEBAGAI PUSAT TUMBUH KEDELAI NASIONAL
Hingga kini kedelai masih menjadi komoditi pangan strategis yang kebutuhannya terus meningkat, ironisnya suplai produksi dalam negeri kurang bisa mengimbanginya. Desember 2023, data BPS mencatat produksi kedelai dalam negeri mencapai 555.000 ton, sedangkan kebutuhan nasional mencapai 2,7 juta ton. Perlu diketahui, bahwa kebutuhan terbesar kedelai tersebut ada di pulau Jawa yaitu sekitar 60 % untuk memenuhi kebutuhan pengrajin tahu dan tempe serta industri pangan.
Jawa Timur sebagai urutan pertama penghasil kedelai dan kontribusinya mencapai 40 % dari kebutuhan nasional. Maka tak heran jika Jawa Timur diandalkan sebagai pusat pertumbuhan kedelai nasional. Atas dasar tersebut, Kementerian Pertanian melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Jawa Timur menargetkan peningkatan produktivitas kedelai. Jika saat ini produktivitas kedelai sekitar 1,2-1,56 ton per hektare, diharapkan bisa meningkat menjadi 1,7-2 ton per hektare.
Rendahnya capaian produktivitas itu juga disebabkan karena tanaman kedelai termasuk tanaman sub tropis. Dalam proses pengembangan di daerah tropis hanya diusahakan di musim kemarau, tidak sepanjang tahun. Selain itu, Petani kurang intensif dalam pemeliharaannya, karena kurang bergairah terhadap harga jual yang diperoleh sekitar Rp. 11.000,- per kilogram. Namun dalam setahun terakhir ini, petani mulai semangat karena harga sudah mulai menggeliat ke Rp. 15.000 per kilogram dan untuk benih, petani dapat menjual dengan harga Rp. 20.000,- per kilogram.
Menyikapi hal demikian, utamanya tetap dalam rangka mempertahankan prestasi Jawa Timur sebagai pusat pertumbuhan kedelai nasional. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Provinsi Jawa Timur, bersinergi dan berkolaborasi dengan Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian (BPSIP) Jawa Timur melakukan peningkatan kapasitas petani melalui Sekolah Lapang GAP Kedelai. Ari Ika Sari, S.P., M.Agr. selaku Sub Koordinator Aneka Kacang dan Umbi DPKP Provinsi Jatim adalah sebagai penanggungjawab kegiatan tersebut. Di tahun 2024, penyelenggaraan SL-GAP Kedelai dilaksanakan di tiga kabupaten potensial penghasil kedelai, yakni Ponorogo, Nganjuk dan Bojonegoro.
Sudah menjadi pakem SL-GAP Kedelai, diselenggarakan selama satu musim tanam (Juli s/d September 2024), dengan beberapa kali pertemuan yang di pusatkan di areal penanaman kedelai sebagai wahana belajar petani. Untuk Kabupaten Ponorogo, kegiatan dipusatkan di lahan poktan Margojoyo, Desa Brahu, Kecamatan Siman, dengan luas tanam sekitar 1,5 hektar. Untuk wilayah ini, Dr. Atekan, SP., MP., selaku Kepala BPSIP Jawa Timur, menugaskan stafnya Ir. Tini Siniati Koesno, MSi., untuk mendampingi dan sebagai narasumber. Hasil melaksanakan SL-GAP tersebut, akan ditindak_lanjuti dengan menyusun SOP kedelai. Lebih lanjut, SOP tersebut adalah sebagai acuan yang harus diikuti petani sekitarnya untuk mengembangkan tanaman kedelai lebih lanjut, agar diperoleh hasil sesuai harapan.
Pada pertemuan pertama SL-GAP kemarin (15 Juli 2024), telah disampaikan beberapa kisi penting, diantaranya penggunaan VUB (varietas unggul baru). Terdapat tiga VUB potensial produksi tinggi, adaptif dan disukai konsumen yang diperkenalkan ke petani, yaitu Gepak Hijau, Gepak Kuning, Dering2 dan Devon. Kemudian disampaikan pula perlunya mewaspadai serangan hama, titik kritis pengairan, kurangi penggunaan herbisida untuk pengendalian gulma. Pupuk organik dan kapur pertanian wajib diberikan karena keasaman tanah yang rendah. Manakala petani mematuhi semua petunjuk budidaya yang dianjurkan narasumber dan petugas lapangan, maka peluang produksi kedelai 2 ton per hektar atau lebih dapat dicapai.